Saya kira semua sependapat, bahwa Allah tidak bisa kita lihat, tidak bisa kita dengar, atau kita observasi dengan seluruh panca indera kita. Kenapa demikian? Ya, karena panca indera kita sangat terbatas kemampuannya.
Jangankan melihat Allah, melihat matahari saja mata kita akan langsung buta! Jangankan mendengar Allah, mendengar ledakan petasan di dekat telinga saja, kita akan tuli. Jadi begitu lemahnya panca indera kita. Maka, jangan berharap kita bisa ‘bertemu’ Allah dengan menggunakan panca indera kita. Allah hanya bisa kita ‘lihat’ sekaligus kita ‘dengar dan rasakan’ hanya dengan hati atau kalbu. ‘Penglihatan’ dengan hati ini akan kita bahas di bagian lain.
Lantas apa yang bisa kita perbuat dengan panca indera berkaitan dengan pendekatan kita kepada Allah? Yang bisa kita observasi lewat panca indera dan akal kita hanyalah ‘tanda-tandaNya’ atau dalam bahasa Al Quran disebut ‘ayat-ayatNya’.
Suatu ketika, nabi Musa as pernah ingin melihat Allah, agar hatinya semakin yakin. Allah sudah mengatakan bahwa Musa tidak akan mampu melihat Allah. Tetapi beliau ‘ngotot’ untuk bisa melihatNya. Maka, Allah pun memenuhi keinginan nabi Musa.
Tapi apa yang terjadi? Allah baru menampak kan cahayaNya saja, gunung Sinai tempat berpijak nabi Musa mengalami gempa vulkanik yang luar biasa dahsyat. Sehingga Musa pun terpental dan pingsan. Setelah siuman, beliau baru menyadari bahwa manusia tidak mungkin melihat Allah dengan panca inderanya. Jangankan manusia, alam semesta pun tidak mampu menerima Eksistensi Dzat Yang maha Besar dan Maha Agung itu.
QS. Al A’raaf : 143
“Dan ketika Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa .. Ya Tuhanku, nampakkanlah (DiriMu) kepadaku agar aku dapat melibatMu. Tuhan berfirman : Kamu sama sekali tidak akan mampu melibatKu, tapi lihatlah bukit itu, jika ia tetap di tempatnya, maka kamu akan mampu melihatKu. Ketika Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka hancurlah gunung itu, dan Musa pun pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata : Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”
“Dan ketika Musa datang untuk (bermunajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa .. Ya Tuhanku, nampakkanlah (DiriMu) kepadaku agar aku dapat melibatMu. Tuhan berfirman : Kamu sama sekali tidak akan mampu melibatKu, tapi lihatlah bukit itu, jika ia tetap di tempatnya, maka kamu akan mampu melihatKu. Ketika Tuhan menampakkan Diri kepada gunung itu, maka hancurlah gunung itu, dan Musa pun pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata : Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”
QS. Asy Syuura : 51
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir, atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendak. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir, atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendak. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
Jadi, manusia demikian ringkihnya di hadapan Allah. Kalau manusia ingin berkenalan dengan Allah, itu bisa dilakukan melalui ‘tanda tanda’ yang tersebar di alam semesta dan termaktub di dalam Al Quran. Yang pertama disebut sebagai Ayat Kauni dan yang kedua disebut sebagai Ayat Qurani. Kedua-duanya berfungsi sama, yaitu menuntun kita untuk lebih memahami Allah, mengenalNya, berinteraksi, dan lantas kembali : menyatu dengan Dzat Yang Maha Tunggal lagi Maha Agung.
Apakah bentuk tanda-tanda itu? Kalau yang berada di dalam Al Quran, kita bisa langsung membacanya. Kemudian menganalisisnya sesuai dengan ilmu bahasa dan tafsir. Akan tetapi, sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa penafsiran Quran dari sisi bahasa saia tidaklah cukup untuk mengenal Allah. Kita harus memadukannya dengan ayat-ayat yang tersebar di alam semesta.
Coba bayangkan bagaimana kita bisa memahami langit yang tujuh, misalnya, kalau kita tidak belajar ilmu Astronomi. Atau, bagaimana pula kita bisa beriman kepada hari kiamat, kalau kita tidak memahami mekanisme kiamat tersebut dari data-data empirik ilmu pengetahuan. Dan, bagaimana juga kita bisa menafsirkan QS. Al Ma’arij : 4, Yang bercerita tentang relativitas waktu malaikat dan manusia, kalau kita tidak belajar rumus-rumus relativitasnya Einstein, dst. Begitu banyaknya ayat-ayat Allah di dalam Al Quran yang tidak bisa kita pahami, tanpa memadukannya dengan data-data ilmu pengetahuan modern.
Selain melakukan pendekatan lewat ayat-ayat Quran, kita juga bisa langsung mengobservasi ayat-ayat tersebut dari ayat Kauniah yang tersebar di seantero alam ini. Hal inilah yang dilakukan oleh nabi Ibrahim, ketika mencari Tuhan. Akhirnya beliau bertemu dengan Allah setelah bereksperimen secara trial and error, seperti digambarkan Allah berikut.
QS Al An’aam : 76-79
“Ketika malam telah menjadi gelap dia melibat sebuab bintang (lalu) dia berkata : Injah Tuhanku. Tapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata aku tidak suka kepada yang tenggelam.
“Ketika malam telah menjadi gelap dia melibat sebuab bintang (lalu) dia berkata : Injah Tuhanku. Tapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata aku tidak suka kepada yang tenggelam.
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku. Tapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang orang yang sesat.”
“Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar. Maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
“Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar. Maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuban.”
Bayangkan beliau, yang rasul kesayangan Allah itu, pernah mengira bahwa bintang, bulan, dan matahari adalah Tuhan. Meskipun, akhirnya beliau menemukan bahwa semua itu hanyalah ciptaanNya belaka. Tetapi, beliau sempat melakukan kekeliruan-kekeliruan dalam mencari Tuhan. Tidak langsung final, ketemu. Tidak apa-apa. Semua ada prosesnya. Yang penting konsisten dan serius mencari Allah, Insya Allah Dia akan membimbing hambaNya yang ingin bertemu denganNya.
Betapa banyaknya para ilmuwan yang bertemu Tuhan karena melihat kedahsyatan ilmu Allah di alam semesta. Bayangkan misalnya, bagaimana kita tidak ‘terperangah’ melihat jantung yang ada di dalam dada kita terus berdenyut tanpa ada baterainya, sejak di dalam rahim pada bulan pertama. Ini sebuah keganjilan, bagi orang-orang yang mau berpikir.
Ketika bayi masih di dalam rahim, paru-parunya juga belum bekerja. la mendapat makanan dari sang ibu lewat ari-arinya (plasenta). Tapi, begitu lahir, si bayi ini kemudian ditepuk-tepuk oleh si bidan, dan akhirnya paru dan jantungnya bekerja. Kerja jantung dan paru itu terus terjadi tak pernah berhenti sepanjang usianya. Ini sungguh sebuah ‘fenomena’ yang sangat dahsyat menyangkut kehidupan manusia, yang bisa membawa kita untuk berkenalan dengan Sang Maha Pencipta.
Atau pernahkah kita berpikir, kenapa bumi ini terus berputar pada porosnya? Darimanakah perintah untuk berputar itu datang? Dan dari mana pulahkah energi yang digunakan untuk berputar terus selama miliaran tahun itu? Apakah Anda menangkap keganjilan ini.
Padahal kalau bumi ini tidak berputar (berotasi) pada porosnya, di bumi ini tidak akan terjadi kehidupan. Ya, karena di bagian yang menghadap matahari akan terjadi siang terus-menerus. Sedangkan yang membelakangi matahari akan terjadi malam terus. Apa akibatnya, sudah kita bahas di bagian sebelumnya.
Kita melihat ada sebuah campur tangan yang luar biasa dahsyat, untuk memutar bumi selama miliaran tahun. Besarnya energi pemutar itu, tak akan pernah terbayangkan oleh pikiran kita. Apalagi selama kurun waktu miliaran tahun. Kalau seandainya, semua batubara, minyak, bahan bakar nuklir, dan seluruh sumber energi yang ada di bumi ini dibakar untuk memutar bumi itu, maka sudah bisa dipastikan tidak akan mencukupi!
Padahal kita tahu, bukan hanya bumi yang berputar atau berotasi. Bulan juga berputar; selain pada dirinya sendiri, ia juga mengelilingi bumi. Bumi mengelilingi matahari. Matahari berputar juga mengelilingi pusat galaksi. Dan seluruh galaksi yang jumlahnya miliaran itu, juga berputar putar mengelilingi pusat Superkluster dan alam semesta. Subbanallaah, betapa besarnya kekuatan yang terlibat dalam pergerakan benda benda di jagad raya ini!
QS. Ar Ra’du (13) : 2
“Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang, yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar bingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda, agar kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu”
QS. Ar Ra’du (13) : 2
“Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang, yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar bingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda, agar kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu”
Kembali kepada tanda-tanda kebesaranNya, masih demikian banyak tanda-tanda Kebesaran Allah di alam semesta ini yang bisa kita jadikan ‘Jalan’ untuk lebih mengenalNya. Bahkan jumlahnya tak berhingga.
Di pepohonan yang sedang berbuah dan bermekaran bunganya, terdapat tanda-tanda Kebesaran Allah. Di atmosfer bumi yang memayungi kita dari ancaman meteor-meteor, juga terserak ayat-ayat Allah. Di miliaran jenis binatang laut, darat dan udara yang begitu indah juga terdapat bukti-bukti kebesaranNya.
Bahkan, di sekujur tubuh kita : di setiap tarikan nafas kita, di aliran darah dan denyut jantung, di rambut, di mata, telinga dan seluruh panca indera, sampai kepada bisikan hati yang paling dalam. Semuanya memberikan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada orang-orang yang mau berpikir. Tak akan pernah selesai kita tuliskan, meskipun menggunakan tinta dari tujuh lautan, seperti difirmankan Allah…
QS. Luqmaan (31) : 27
“Dan Seandainya pohon-pohon di bumi Menjadi Pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
QS. Luqmaan (31) : 27
“Dan Seandainya pohon-pohon di bumi Menjadi Pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar